Quo Vadis Pelajar Indonesia? 

Mau di bawa kemana pelajar Indonesia? 

Saya ingin memulai tulisan ini dengan sebuah pertanyaan reflektif bersama atas kondisi pelajar hari ini, tantangan pelajar hari esok, dan bagaimana kita menyiapkan pelajar hari ini untuk hari esok. Kesemua frasa itu terkandung pada satu pertanyaan besar Quo Vadis Pelajar Indonesia / mau di bawa ke mana pelajar Indonesia ? 

Baik, kita mulai dari pertanyaan pertama. 

Bagaimana kondisi pelajar hari ini ? 

Kita mulai dengan membedah pertanyaan tersebut setidaknya dari 2 sisi utama, akademik dan non akademik. 

Dari sudut pandang akademik, menurut penilaian yang dilakukan oleh PISA (Programe For Internasional Student Assesment) yang dilaksanakan oleh OECD (Organization For Economic Co-operation and Development) pada tahun 2018, menempatkan kemampuan membaca, sains, dan matematika rata rata pelajar Indonesia berada pada urutan 74 dari 79 negara. Cukup menyedihkan memang, namun satu kabar baik juga menyebutkan bahwa Indonesia menjadi langganan perebutan juara olimpiade matematika, sains, dan berbagai cabang lomba internasional. Hal ini menegaskan bahwa, pada dasarnya siswa Indonesia memiliki potensi dan kemampuan yang tak kalah dengan siswa luar negeri, perkara waktu, manajemen dan perbaikan sistem pendidikan saja yang nanti akan menjawab. 

Dari sudut pandang non akademis yakni perkembangan pribadi siswa. Saya secara umum menggunakan perspektif bimbingan konseling. Pada identifikasi yang tim BK SMA 5 Lakukan, siswa SMA 5 memiliki beberapa catatan pada ketrampilan hidup yang dibutuhkan, seperti manajemen waktu, problem solving, kecerdasan sosial, hingga keterampilan mengelola emosi. Hal tersebut seolah menjadi masalah laten yang menjadi PR Bersama di samping peningkatan kualitas akademik siswa. Tentu keadaan siswa terbit menjadi keresahan banyak pihak, baik guru, wali murid hingga masyarakat. Bagaimana tidak, kita sama sama sadar, bahwa pelajar hari ini adalah pemimpin hari esok, bagaimana kita melihat masa depan. Lihatlah pelajar hari ini. Sederhananya demikian. 

Berlanjut pada pertanyaan kedua, bagaimana tantangan pelajar hari esok ? 

Revolusi industri dan perubahan pola interaksi masyarakat dunia membawa perubahan besar terhadap pelajar hari ini, dan masa depan. Dalam hal ini, setidaknya ada 4 tantangan pelajar di hari esok. 

Pertama, era disrupsi. Era disrupsi merupakan era yang ditandai dengan perubahan secara fundamental (mendasar) yang terjadi pada hampir setiap sendi kehidupan mulai dari ekonomi, sosial, pendidikan hingga politik. Kita telah secara nyata mengalami hal tersebut pada dunia pendidikan, 5-10 tahun lalu, membawa HP di sekolah dan menggunakannya ditengah pembelajaran tidak diperkenankan, namun sekarang justru smartphone seolah menjadi medium baru paling rasional dalam menjalankan proses pembelajaran. Hal ini tentunya merubah proses, konten hingga capaian dalam belajar. Siswa hari ini dan hari esok disiapkan untuk menghadapi perubahan, tidak kaku, fleksibel, dan memiliki multikompetensi dengan perkembangan yang sangat dinamis. 

Kedua, era globalisasi. Globalisasi ditandai adanya penyebaran informasi, budaya, hingga kebiasaan tanpa sekat antar negara melalui media informasi yang berkembang. Hari ini dengan mudah kita tahu tentang adanya perang diluar negeri dengan perspektif berita yang sangat variatif, kita pun tahu apa yang dilakukan Lisa black pink ditengah sesi latihanya (makan kuaci) misalnya. Hal ini membawa kemungkinan banjir informasi yang secara tidak langsung mengangkut pula junk science (ilmu/pengetahuan sampah) yang dianut masyarakat global. Hari ini kita sudah mulai bersahabat dengan teori konspirasi, hoax, buzzer dll. Era globalisasi membawa tantangan kepada para pelajar agar tetap cakap dalam mengindra dan mengelola informasi, lurus dalam bernalar, dan jernih dalam mengekspresikan apa yang difokirkanya. 

Ketiga, media sosial. Media sosial seolah menjadi dunia baru bagi para pelajar hari ini. Tiktok, Ig, Twitter, WA dan banyak lagi menjadi ruang baru tanpa batas yang memberikan kemudahan dalam melakukan presentasi diri hingga penipuan diri (pakai filter misalnya). Adanya ruang aktualisasi Maya di media sosial ini membuat interaksi sosial secara langsung terdistraksi (terganggu) yang menyebabkan keharmonisan antar individu terancam, satu contoh sederhana. Hanya dengan posting dan saling sindir status, persahabatan antara siswa siswi sejak SD yang biasa bermain bersama ditepi sungai menjadi putus dan bahkan bermusuhan. Literasi (kebijaksanaan/kemelekan) dalam bermedia sosial pelajar sangat perlu di kaji dan dikembangkan, untuk memastikan adanya media sosial tidak mendistraksi banyak sendi sosial pelajar itu sendiri. 

Ke empat, perubahan karir, pola kerja, dan bagaimana mendapat cuan/uang. 

Masih hangat diberita tanah air tentang Indra kenz dan Doni salmanan yang terseret kasus binomo (binary option mobile). Seolah mencari uang hanya tinggal duduk manis di rumah dan dapat 1000 dolar per hari (re: ingat Budi Setiawan). Namun demikian, yang dapat kita sadari dari fenomena ini adalah berkembangnya banyak pekerjaan yang selaras dengan teknologi informasi yang membawa perubahan pada karir, pola kerja, dan bagaimana seseorang menghasilkan uang. Hari ini dengan foto dan di upload saja kita sudah bisa dapat duit, Sarjana kita sekarang lebih suka bekeja tanpa batas waktu dan tempat yang fleksibel. Satu lagi, kita harus saja dikagetkan dengan fenomena NFT yang dimulai dari sosok Ghozali Every Day yang dengan foto selfie nya ia berhasil mendapat milyaran rupiah. Kesemua itu merupakan keniscayaan dalam zaman yang dinamis ini, sehingga pelajar harus sadar tentang karir masa depan mereka, literasi finansial hingga variasi kompetensi yang bisa jadi duit suatu hari nanti, coding misalnya. 

Terakhir. Pertanyaan yang seolah menjadi PR Bersama. Bagaimana menyiapkan pelajar hari esok ? 

Kondisi pelajar hari ini dan tantangan pelajar hari esok sebagaimana telah disebutkan membuktikan bahwa banyak hal yang perlu disiapkan untuk memastikan pelajar kita dihari ini mendapatkan tools yang layak untuk hidup dan penghidupan mereka. Dengan kondisi pelajar hari ini secara akademis dan non akademis, serta tantangan pelajar hari esok mulai dari disrupsi, globalisasi, media sosial hingga perubahan pekerjaan dan ekonomi menyadarkan kita bahwa penting untuk beramal kita ikhtiarkan hal hal mendasar untuk pelajar di hari ini. Adapun hal mendasar yang perlu disiapkan adalah.. 

Komitmen, komitmen mereka atas tanggungjawab masa depan mereka. Dekatkan pelajar hari ini dengan tanggung jawab bangsa dan negara, untuk memastikan mereka aware (sadar) bahwa merekalah yang akan membangun negara ini, sehingga komitmen penerus estafet peradaban bangsa akan tetap dipegang teguh dengan sebaik-baiknya.

Kompetensi, kompetensi pelajar hari ini adalah kompetensi masa depan. Kajian dan analisis mengenai kemampuan masa depan seperti 6C (colaboration, comunication, creative thingking, criticcal thinking, computational thingking, compassion) juga tentang oerientasi pembangunan UN/PBB seperti SDGs ( Sustainable development Goals) hendaknya menjadi pemahaman dasar para pelajar hari ini sebagai bekal dalam mengembangkan kompetensi yang relevan dengan perkembangan zaman. 

Di akhir tulisan saya ingin mengingatkan kepada saya sendiri dan kita semua , bahwa wajib bagi kita untuk selalu belajar, karna hari ini sebagaimana dikatakan oleh menteri pendidikan nasional Nadiem Makarim bahwa kita hidup di era gelar tidak menjamin kompetensi, kelulusan tidak menjamin kesiapan bekerja dan berkarya, akreditasi tidak menjamin mutu, dan masuk kelas tidak menjamin belajar. 

Quo Vadis Pelajar Indonesia ? Mari kita jawab dengan perubahan kecil, di kelas-kelas kita, di obrolan2 kita, di ide-ide dan karya kita. Dan suatu saat kita akan sama sama bangga dengan almamater ini dan mantap menyatakan bahwa SMA 5 Malang, maju bersama Hebat Semua!

Hasbi Al-Haikal, M.Pd.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *