Dalam situasi pembelajaran tatap muka ada banyak cerita guru yang mengeluh siswanya menolak atau tidak tidak mengerjakan PR. Mari berkaca apa saja kontribusi guru saat memberikan PR bagi siswanya hingga menyebabkan hal ini terjadi.

  1. Guru memberikan PR karena ingin mengejar targat kurikulum.
  2. Guru memberikan PR karena ingin mengejar waktu yang terbuang karena situasi pandemi ini.
  3. Guru memberikan PR sebagai hukuman.
  4. Guru memberikan PR dengan jenis tugas yang tidak membuat siswa tambah terampil dan jenis penugasannya hanya sekedar untuk menguasai/memahami informasi dan bukan pengetahuan yang berguna bagi masa depan siswa.

Hal yang dimaksud dalam point 4 adalah tugas yang diberikan bisa merupakan keterampilan belajar (study skills) sampai penugasan yang melibatkan prinsip 4C yaitu critical thinking (berpikir kritis), creative thinking (berpikir kreatif), communicating (berkomunikasi) , dan collaborating (berkolanorasi) .

Apa yang bisa guru lakukan agar siswa mau dengan senang hati mengerjakan PR ?

  1. Ukur dahulu penugasan yang diberikan pada siswa. Jika terlalu berat atau terlalu ‘besar’ pecah pecah menjadi beberapa tugas kecil yang mudah dikerjakan oleh siswa.
  2. Ukur dan perkirakan waktu pengerjaan yang siswa perlukan. Berikan estimasi waktu pengerjaan ini saat memberikan tugas pada siswa. Sebagai gambaran, 15-30 menit adalah waktu yang cocok untuk siswa kelas Tk- kelas 3, untuk anak yang lebih besar misalnya 60 menit.
  3. Guru memberikan estimasi waktu pengerjaan tugas bersamaan saat memberikan tugas. Baik guru dan siswa akan menjadi tahu berapa lama waktu yang diperlukan dalam mengerjakan sebuah tugas. Orang tua siswa, guru dan siswa pun akan berefleksi atau menyadari jika waktu yang diperlukan lebih lama maka ada hal yang mesti diubah atau diperbaiki dari sisi kinerja siswa atau cara guru dalam memberikan tugas.
  4. Berikan penugasan di waktu yang sama dan jam yang sama tiap minggunya. Artinya rutinitas ini membuat siswa dan orang tua menjadi bersiap siap dan waspada untuk saling berbagi tanggung jawab di rumah. Orang tua siswa meluangkan waktu sementara siswa akan sampaikan jika ada hal yang masih belum ia mengerti.
  5. Berikan pilihan bagi siswa. Bisa berupa pilihan tingkat kompleksitas tugas (tingkat kemudahan atau kesulitan). Sampai pilihan jenis tugas yang akan dikerjakan oleh siswa menggunakan prinsip hyperdocs.
  6. Berikan tambahan waktu atas dasar kesepakatan dengan siswa. Prinsip pemberian tugas adalah guru ingin menangkap karya terbaik dari siswanya. Bukan sekedar ingin tahu siswa salahnya atau lemahnya dimana.
  7. Lakukan pendampingan ‘one on one’ atau melakukan pendampingan langsung kepada anak yang memerlukan support lebih dari guru. Bagi rata saja dan targetkan tiap minggu anda mendampingi satu siswa. Tidak terasa dalam satu semester anda sudah pernah mendampingi siswa secara ‘one on one’.
  8. Selalu ingat bahwa relasi atau hubungan anda dengan siswa adalah segalanya. Hindari mengeluarkan perkataan yang membuat siswa patah semangat sedih dan merasa tidak dihargai. Hanya karena ia tidak mengumpulkan tepat waktu atau hasil pekerjaannya tidak sesuai harapan anda sebagai guru.

Pekerjaan Rumah adalah cara dan bahan bagi guru dan siswa untuk berkomunikasi. PR akan menjadi komunikasi yang dipaksakan jika penugasannya hambar tidak menarik dan membuat perpecahan antara orang tua dan anak. Sebaliknya jika PR nya dikomunikasikan dengan baik, dalam jangka waktu tertentu dan memberikan kesempatan siswa mempraktekan apa yang penting bagi masa depannya maka guru hadir sebagai pemersatu dirumah siswa. Karena tugas yang seru dan menantang maka akan hadir dialog dan komunikasi yang intens dan berkualitas dirumah antara siswa dan orang tuanya.

sumber : gurukreatif.wordpress.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *